Senin, 03 Juni 2013

SEJARAH BATU BARAU, BUKIT LEMBANG SIDIN DAN BUKIT PANGGILAN


                Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Ijau Layang dia adalah orang yang sangat sakti dan mempunyai saudara yang bernama Keling mereka adalah orang dayak asli yang bertempat tinggal di Mungguk Lidung.
            Pada suatu hari Ijau layang menyusun batu melintang di sungai ketungau di hilir Sekapat yang gunanya untuk dinding bubu Ijau Layang. Dinding bubu inilah yang bernama “ Batu Barau “ yang sampai hari ini masih ada. Tutup batu Ijau Layang adalah batu tunggal dan sampai saat ini batu tunggal masih ada dibagian hulu Batu Barau.
            Setiap pagi Ijau Layang pergi untuk mengangkat bubunya. Jika bubunya mendapat buaya, Ijau Layang mengatakan bahwa ia mendapat ikan kejulung dan dibunuhnya dengan kuku ibu jarinya dibagian kepala, setelah buaya tersebut mati lalu dilemparkannya kedarat.
            Kemudian dihari berikutnya ia kembali untuk mengangkat bubunya, namun bubunya tidak pernah mendapatkan ikan maupun buaya lagi, karna sebelum ia datang ada orang lain yang terlebih dahulu mengangkat bubunya. Melihat hal itu terjadi setiap hari, maka akhirnya Ijau Layang turun lebih cepat dari hari biasanya. Karna ia ingin tau siapa yang mengangkat bubunya terlebih dahulu setiap pagi.
            Setelah lama ia menunggu datanglah seorang laki-laki yang gagah perkasa dan ia juga adalah orang yang sakti pada zaman dahulu, ternyata orang yang selalu mengangkat bubu Ijau Layang setiap pagi adalah Sebeji. Kemudian terjadilah pertengkaran antara Ijau Layang dan Sebeji di Batu Barau ( di sungai Ketungau ) sehingga air Ketungau menjadi keruh sampai ke Nanga Ketungau bahkan sungai Kapuas dan dibagian hulu pun keruh sampai kelubuk Lidung, sehingga terlihat oleh keling abangnya Ijau Layang. Maka Keling pun tau bahwa Ijau Layang sedang bertengkar dengan seseorang. Dan akhirnya Keling pun pergi untuk menyusul Ijau Layang.
            Pada  saat Keling datang Ijau Layang hampir kalah oleh Sebeji, namun ketika Sebeji melihat keling yang datang menghampiri mereka, sebeji pun lari terbirit-birit dengan marahnya. Karna Sebeji marah ia merencanakan untuk membunuh orang-orang Dayak yang ada di ketungau Tengah dan Ketungau Hulu dengan cara menutup sungai ketungau menggunakan sebuah batu besar yang di ikat dengan ikat pinggang ibunya yang terbuat dari rotan.
            Ketika sampai di pinggir Ketungau daerah Setapang ikat pinggang yang digunakan Sebeji putus dan batunya jatuh yang sampai sekarang ini batu itu masih ada yang disebut dengan “ Bukit Lembang Sidin “. Melihat rencananya gagal untuk menutup sungai Ketungau, maka Sebeji menyusun rencana baru untuk membunuh orang Ketungau. Rencana baru yang disusun Sebeji adalah ingin meruntuhkan langit.
            Agar rencananya berjalan dengan baik, maka Sebeji pun meminta kepada binatang-binatang untuk membantunya. Binatang-binatang yang ada dibumi ini diberi makan oleh Sebeji, kecuali rayap dan beruang.
            Sebeji pun membuat tangga yang terbuat dari kayu terentang, tinggal sedikit lagi tangga itu mencapai langit dan siap untuk diruntuhkan dengan pedangnya, maka pada saat itu juga rayap dan beruang yang tidak diberi makan oleh Sebeji meruntuhkan tangganya. Rayap memakan kayu tangga Sebeji yang bagian bawah dan beruangpun menggoyangkan tangganya, akhirnya tangga itu pun runtuh. Dan Sebeji pun jatuh lalu meninggal dunia dengan bagian anggota tubuhnya yang tercerai berai.
            Tangga Sebeji yang runtuh itulah yang menjadi “ Bukit Panggilan “ mulai dari Batu Barau sampai kehulu Ketungau dan bagian anggota tubuh Sebeji yang tercerai berai yaitu matanya terlempar ke jawa, hatinya terlempar ke Bungkap( Malaysia ), kaki dan tangannya terlempar ke melawi.
            Demikianlah cerita singkat tentang Batu Barau, Bukit Lembang Sidin dan Bukit Panggilan.