Selasa, 12 Maret 2013

Batu Menangis



CERITA RAKYAT DARI KALIMANTAN BARAT
“LEGENDA BATU MENANGIS”
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan - pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari. Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun kedesa untuk berbelanja. Letak pasar itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus, dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat yang terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak. Ketika mereka mulai memasuki desa, orang - orang desa memandangi  mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama  para pemuda desa yang tak puas – puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang anak gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya – tanya. Diantara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu. “ Hai gadis cantik ”. apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu ?” Namun, apa jawaban anak gadis itu ? “ Bukan “, katanya  dengan angkuh. “ Ia adalah pembantuku !. “Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu. “ Hai, manis. “ Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu ? “.
“ Bukan, bukan, “ jawab gadis itu dengan medongakkan kepalanya. “Ia adalah budakku ! “ begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulangkali didengarnya jawaban yang sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu itu berdo’a. “ Ya, Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa.
 Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini ! hukumlah dia “. Atas kekuasan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan – lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya: “ oh, ibu, ibu, ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu……..ibu……….ampunilah anakmu “ anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua  matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut “ Batu Menangis “.
Demikianlah cerita yang berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercayai bahwa kisah itu benar – benar pernah terjadi. Barang siapa yang durhaka terhadap ibu kandungnya yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapa hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa, dan jadikalah cerita rakyat ini sebagai contoh untuk kita agar kita tidak menjadi anak yang durhaka terhadap orang tua kita, terutama ibu. 





                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar